Penayangan bulan lalu

Sabtu, 30 Januari 2016

MUSEUM MAJAPAHIT

Museum Majapahit merupakan salah satu museum arkeologi di Indonesia yang berlokasi di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Oleh masyarakat setempat, Museum Majapahit lebih dikenal dengan sebutan Museum Trowulan. Saat ini Museum Majapahit dikelola di bawah naungan Balai Pelestarian Cagar Budaya Mojokerto Wilayah Kerja Propinsi Jawa Timur (BPCB Jatim), di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
 
 
Sejarah
Sejarah berdirinya Museum Majapahit tak lepas dari peran dua orang yang bernama R.A.A Kromodjojo Adinegoro, bupati Mojokerto saat itu dan Ir. Henri Maclaine Pont , seorang arsitek dari Belanda. Keduanya menaruh perhatian khusus terhadap upaya-upaya penyelamatan benda-benda purbakala peninggalan Kerajaan Majapahit yang banyak terpendam di daerah Trowulan. Trowulan memang sudah dikenal luas sebagai bekas ibukota Kerajaan Majapahit, kerajaan besar di Nusantara yang pernah berjaya di abad 13 Masehi. Akhirnya, pada tanggal 24 April 1924 mereka mendirikan sebuah yayasan yang bernama Oudheidkudige Vereeniging Madjapahit (OVM), yang mana yayasan tersebut bertujuan untuk menampung benda-benda purbakala yang berhasil ditemukan di sekitar Trowulan. OVM menempati sebuah bangunan di Situs Trowulan di Jalan Raya Mojokerto – Jombang Km 13. Pada tahun 1926, bangunan itu akhirnya berubah menjadi museum agar benda-benda purbakala bisa dilihat oleh masyarakat umum.
Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia dan hal tersebut berimbas kepada keberadaan museum. Maclaine Pont ditawan oleh Jepang dan mengakibatkan museum berpindah-pindah pengelola dan akhirnya sekarang dikelola oleh BPCB Jatim. Dari tahun ke tahun koleksi museum bertambah banyak karena koleksi nya tidak hanya berasal dari sekitar Trowulan saja tetapi juga berasal dari seluruh Jawa Timur, dan dari berbagai latar belakang kerajaan misalnya Kerajaan Kahuripan, Kerajaan Kediri, dan Kerajaan Singosari. Hal ini menyebabkan museum berpindah ke tempat yang lebih luas pada tahun 1987 yang terletak sekitar dua kilometer dari museum lama. Museum baru saat itu dinamakan Balai Penyelamat Arca (BPA), namun masyarakat tetap menyebutnya sebagai Museum Trowulan. Balai Penyelamat Arca mengalami beberapa kali pergantian nama yaitu Pusat Informasi Majapahit  dan yang terakhir dinamakan Museum Majapahit.
 
 
Koleksi
Saat ini koleksi Museum Majapahit hampir mencapai 90.000 buah yang sebagian besar berupa mata uang dan didominasi benda cagar budaya peninggalan Kerajaan Majapahit. Koleksi ditempatkan di beberapa ruang pamer di dalam gedung, di pendopo dan ada juga yang diletakkan di halaman museum. Koleksi-koleksi tersebut diklasifikasikan menurut bahannya, yaitu :
  1. Koleksi berbahan tanah liat (terakota).  Terakota adalah tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerahan.  Koleksi berbahan tanah liat berupa arca figurin manusia dan binatang, peralatan rumah tangga, alat-alat produksi dan arsitektur 
  2. Koleksi berbahan keramik.  Koleksi berbahan keramik ini merupakan bukti hubungan perdagangan antara negeri Cina, Vietnam, dan Thailand dengan Kerajaan Majapahit. Koleksi nya antara lain berupa piring, mangkok, sendok, guci, bulu-buli, teko dan vas bunga
  3. Koleksi berbahan logam.  Koleksi logam di Museum Majapahit terbuat dari perak, perunggu dan tembaga yaitu yang berbentuk mata uang, alat musik, alat upacara, perhiasan dan senjata 
  4. Koleksi berbahan batu.  Bahan batu bisa dibedakan lagi menjadi batu andesit dan batu putih. Koleksi berupa arca, lingga yoni, prasasti, pancuran air dan miniatur candi.   
  5. Koleksi berbahan kayu.  Koleksi ini hanya berjumlah beberapa saja, antara lain meja kursi tamu yang dulu berada di museum lama milik Maclaine Pont
  6. Koleksi berupa fosil.  Fosil ini merupakan peninggalan dari masa prasejarah yaitu berupa fosil kerang dan fosil kepala gajah purba (Stegodon) yang berusia jutaan tahun.
Museum Majapahit mempunyai beberapa koleksi unggulan antara lain Surya Majapahit yang merupakan salah satu ciri khas kesenian Kerajaan Majapahit, di dalamnya terdapat sembilan dewa penjaga mata angin atau Dewata Nawa Sanga. Ada juga Arca Wisnu Naik Garuda yang berusia seribu tahun, yang menjadi inspirasi pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana di Bali serta masih banyak koleksi unggulan lainnya baik yang berupa tanah liat maupun logam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar